Suara desau angin membangunkanku dari dunia imajinasiku
yang sangat luas namun selalu penuh akan dirimu.
Suara kicauan burung bagaikan sebuah nada yang bergabung
dengan desau angin dan percikan air memberikan melodi indah sang alam yang
seolah sedang bernyanyi.
Dirimu indah bagaikan porselein yang belum tersentuh.
Suaramu lembut bagaikan beludru, bahkan mengalahkannya.
Matamu berkilau seperti bintang-bintang di langit yang
menghiasi kelamnya malam.
Wajahmu bersinar mendampingi mentari yang memberikanku
kehidupan.
Dirimu terlalu indah.
Membuatku terdiam dalam tangis.
Aku tidak bisa memilikimu.
Bahkan hanya menyentuh ujung jarimu.
Aku tidak bisa.
Dirimu begitu indah berdiri di sana dengan senyuman yang
mengalahkan indahnya bulan sabit.
Sementara diriku terduduk di sini dengan pandangan
berbinar saat memandangmu.
Yang langsung lenyap seperti guguran daun di terpa angin
di bulan oktober.
Pandanganku kosong yang berakhir dengan air yang mengalir
dari mata.
Menghanyutkan berjuta impian yang sulit menjadi kenyataan.
Meresapi setiap perasaan yang berpadu padan tak karuan.
Menatapi diri bagaikan seorang punguk merindukan sang
bulan.
Menyedihkan.
Itu satu kata yang cocok untuk diriku.
Aku tahu itu.
Membeku di tempat namun masih mengangumi setiap keindahan
yang kau punya.
Setiap detik saat aku melihatmu memberikan dua sensasi
yang bertolak belakang.
Bahagia dan sedih dalam waktu bersamaan.
Kau tidak tahu,
Tak tahu bagaimana bahagianya diriku saat melihat dirimu
walau hanya dari kejauhan.
Tak tahu bagaimana senyumku selalu mengambang saat
melihat tingkahmu yang selalu membius diriku.
Seolah menghipnotisku lalu kembali lagi membawaku ke
dunia imajinasiku.
Kau tidak tahu bagaimana sengsaranya diriku saat
mendengar hati dan pikiranku bergelut.
Membuatku ingin enyah dari ragaku dan terbang tinggi
bersama jiwa yang bebas.
Kau tidak tahu,
Tak tahu bagaimana rasanya saat jarum-jarum mulai menusuk
dadaku saat mengingat aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan.
Tak tahu bagaimana rasanya saat menyadari kau hanyalah
mimpi yang tak bisa kugapai.
Tak tahu bagaimana rasanya diriku terdiam dalam tangis
yang menekan batin.
Menahan berjuta rasa sakit saat meninggat dirimu,
Dan mengingat bagaimana bodohnya aku yang mencintai
seseorang bagaikan bintang.
Semakin aku mencoba menggapaimu,
Semakin sulit.
Semakin aku mencoba dekat denganmu,
Semakin kau menjauh dariku.
Semakin aku mencintaimu,
Semakin banyak luka yang tergores di hatiku.
Semakin aku memujamu,
Semakin aku tahu bahwa kau terlalu mustahil untuk
kugapai.
Aku hanya orang yang sukses dibodohi oleh kata yang
bernama cinta.
Dan kau, yang mengenalkanku apa itu cinta.
Dari diriku,
Kenangan yang
terhapus ombak yang berderu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar