Aku pernah mendengar, kisah tentang sebuah aliran air, tiga gelombang, dan sebuah tujuan. Terdengar sederhana, namun sebenarnya rumit.
---
Dahulu, ada sebuah aliran air yang menurut pendapat orang beda-beda. Ada yang bilang aliran air itu tenang, ada juga yang bilang bahwa aliran air itu mempunyai arus yang kuat. Namun tidak ada yang tahu sebenarnya yang mana yang benar. Yang pasti, orang-orang tidak bisa hidup tanpa aliran air itu.
Dalam aliran air itu terdapat satu dari berjuata cabang yang memiliki tiga gelombang. Tiga gelombang itu berbeda, namun tujuan mereka sama. Ada gelombang yang besar, kecil, dan gelombang yang lembut. Mereka berbeda, namun telah dikatakan bahwa tujuan mereka sebenarnya sama. Ya, mereka bertiga mempunyai tujuan yang sama.
Sementara dua gelombang yang lain, yang mati-matian mengejar tujuan itu malah selalu gagal. Mereka dengan segala cara mencoba mendekat ke arah tujuan itu, tapi malangnya sang tujuan malah menjauhi mereka, menganggap mereka tak sedang berlari menuju ke arahnya.
Bukannya sang tujuan jahat menjahui mereka. Ia hanya tak ingin membuat dua gelombang yang berusaha mendekat ke arahnya itu terlalu berharap bahwa mereka dapat mencapainya. Ia juga bukan sombong. Sang tujuan hanya telah mempunyai tujuannya sendiri. Ya, satu gelombang yang lain itu.
Namun, ketidakpercayadirian sang tujuan selalu saja timbul. Ia masih berspekulasi bahwa sang gelombang harapannya itu tidak benar-benar sedang berlari ke arahnya. Karena zona yang sudah ia buat.
Ah, aku sampai lupa. Sang tujuan ternyata pernah mencoba mendekat pada sang gelombang, namun sang gelombang dengan mudahnya memberi zona diantara dirinya dan sang tujuan. Zona yang membuat sang tujuan melangkah mundur secara perlahan. Itulah yang membuat sang tujuan berspekulasi bahwa gelombang harapannya itu tidak benar-benar sedang berlari ke arahnya, bahkan ia diam tak bergerak.
Aku akan memberi tahu kalian fakta tentang sang tujuan kita yang malang ini. Ia sebelumnya tak pernah mengharapkan satu gelombang pun untuk mencapai dirinya. Ia sebelumnya tak pernah sama sekali mencoba mendekati sebuah gelombang pun. Bisa dibilang inilah pertama kalinya ia mempunyai satu gelombang yang ia harap akan mencapainya. Bisa dibilang inilah pertama kalinya ia berani mendekati sebuah gelombang.
Ah, beruntungnya sang gelombang itu. Andai ia tahu bahwa ialah yang menjadi yang pertama. Andai dua gelombang yang lain tahu bahwa kawannya yang dihendaki oleh tujuan mereka. Mereka pasti sangat iri sekali padanya.
Namun, lama kelamaan gelombang itu malah perlahan-lahan mendekati sang tujuan. Tentu saja sang tujuan sangat senang. Tak bisa dipungkiri bahwa kebahagiaan menyelimutinya saat itu. Tapi saat ia mengingat zona yang telah sang gelombang buat, seakan hanya dengan seperkian detik saja kebahagiaannya itu lenyap. Seolah zona itulah yang telah merenggut kebahagiaannya. Zona itu membatasinya. Ya, sebuah batasan yang tak berujung.
Para burung, dan kupu-kupu mencoba meyakinkan bahwa zona itu hanyalah waktu di mana ia menguji kesabarannya sendiri. Mereka bilang sang tujuan harus bersabar. Suatu saat nanti zona itu pasti hilang seiring dengan sang gelombang yang mendekat. Tapi kepesimisan sang tujuan benar-benar membuat para burung dan para kupu-kupu kewalahan.
Sebenarnya sang tujuan masih mengharapkan sang gelombang. Walaupun ia tak mau terlalu banyak berharap. Karena jika terlalu banyak berharap itu akan lebih banyak menyakiti dirinya.
Sang gelombang pernah memberitahu sang tujuan bahwa nanti akan mencapainya. Lama ia menunggu namun sang gelombang tak kunjung mencapainya. Hal yang digantungkan begitu saja oleh sang gelombang benar-benar membuat sang tujuan bingung. Mungkin jika hal yang diungkapkan sang gelombang itu hanya bualan semata, dan ia tak berlari ke arah sang tujuan. Sang tujuan akan berhenti menunggunya. Mungkin.
Terdengar issu bahwa, walaupun sang gelombang tak berlari ke arahnya, ia masih akan terulur hingga mungkin suatu hari sang gelombang bisa mencapainya.
Ah, hanya sang tujuan yang tahu apakah itu issu atau bukan. Hanya sang tujuan yang tahu bagaimana besar ia mengharapkan sang gelombang itu. Hanya sang tujuan yang tahu bagaimana lelahnya menunggu tanpa kepastian. Hanya sang tujuan.
Dan ah, hanya sang gelombang yang tahu apakah ia mengejar sang tujuan atau tidak. Hanya sang gelombang yang tahu apakah ia memang ingin mencapai sang tujuan atau tidak. Hanya sang gelombang yang tahu apakah zona yang ia buat akan ia hapus atau tidak. Hanya sang gelombang.
Para burung dan kupu-kupu pun hampir lelah melihat rumitnya hal yang dijalani mereka berdua. Kita tunggu saja, kisah ini akan berakhir bahagia seperti di dongeng, atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar