*Anemone, dalam bahasa bunga katanya artinya I Love You :D
Udahlah dari pada ngoceh mendingan saya minta maaf aja deh kalo ceritanya jelek, biasalah author amatiran ^-^)/
♥♥♥
Udara sudah mendingin saat ini. Aku merapatkan jaketku dan membenarkan syal merahku. Pohon-pohon sakura berjejer disamping jalan setapak dengan bunga-bunga indah yang sedang berguguran. Aku melangkahkan kakiku menuju suatu taman dimana aku dan dia berpisah. Aku menyukai musim gugur disini. DiKyoto, Jepang. Suasana disini sangat indah dengan bunga yang sedang berguguran membuat suasana disini bergitu menyejukan.
Aku duduk dibawah salah satu pohon sakura, disini bergitu teduh dan nyaman. Aku mengedarkan pandanganku kesetiap sudut taman, dimana ada sebuah danau kecil disana.
“Dimana kau? Kenapa kau tidak datang juga?” batinku cemas. Aku selalu datang kesini setiap musim gugur untuk menunggunya. Hampir lima tahun aku menunggunya dan ia tak pernah datang. Aku mengambil buku dari tasku, tepatnya bukuku dengannya. Terdapat banyak sekali foto-foto seta tulisan tanganku dengannya. Foto-foto saat aku masih 15th. Dan sekarang aku hampir menginjak umur 20th.
Aku membuka lembaran demi lembaran buku itu, aku tersenyum melihat foto-fotoku bersamanya. Masih terlihat polos dan lucu. Huh Dicky kapan kau pulang dari Indonesia. Aku sudah merindukanmu. Mengapa kau sangat lama diIndonesia apa kau tidak rindu denganku hah!
“Dickymprasetya cepatlah kembali, aku merindukanmu!” ucapku pelan, aku pun menutup mataku teringat saat dulu ia meninggalkanku.
Nee! Sukoshi wa kioku ni nokoreta ka na?
-Flashback ON-
“Melody, aku ingin berbicara padamu. Ini penting.” ucap Dicky menatapku serius, kami sedang duduk ditepi danau ditaman favorite kami. Musim gugur, aku suka musim gugur. Karena aku dapat melihat bunga sakura yang berguguran dengan indahnya. Aku pun balas menatap Dicky.
“Ada apa? Mengapa begitu penting? Apa kau akan meninggalkanku? Ekspresi wajahmu lucu sekali kekeke.” ucapmu tertawa kecil melihat wajah Dicky yang bergitu serius. Dicky menatapku dalam, aku tak tau mengapa hari ini ia sangat serius sekali. Tak seperti biasanya yang selalu ceria dan tersenyum manis.
“Emmm, bila aku meninggalkanmu bagaimana?” tanya Dicky, aku mengerutkan keningku. Mengapa ia berbicara seperti itu?
“Maksudmu apa? Aku tak mengerti?” balasku merasa cemas dengan ucapan Dicky.
“Emmm, jawab saja Mel. Bagaimana jika aku meninggalkanmu?” tanya Dicky lagi. Aku makin bingung padanya.
“Meninggalkanku? Selamanya?” tanyaku balik, ia tersenyum mendengar pertanyaanku.
“Tidak, maksudku bagaimana jika aku meninggalkanmu untuk beberapa tahun saja, tidak selamanya.” ucap Dicky terkekeh geli.
“Aku akan menungguku sampai kau menemuiku kembali. Memangnya ada apa? Mengapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu padaku?” tanyaku. Dicky beralih menatap danau didepannya. Aku semakin tak mengerti apa maksud Dicky.
“Aku akan pergi keIndonesia untuk beberapa tahun yang akan datang.” ucap Dicky yang membuatku terkejut. Jadi ia benar-benar akan meninggalkanku?
“Ke Indonesia? Untuk apa?” tanyaku lagi. Aku benar-benar takut jika Dicky meninggalkanku. Siapa yang akan menjadi temanku? Disini aku hanya mempunyai satu teman, lebih tepatnya lagi sahabat. Dengan teman yang lain aku tak begitu dekat.
“Aku tak tau. Orang tuaku menyuruhku untuk pergi kesana.” ucap Dicky sembari menunduk.
“Berapa tahun kau disana?” ucapku lagi-lagi bertanya. Aku tak ingin lama berpisah dengannya. Hanya Dicky yang bisa menghiburku.
“Aku tak tau pasti. Kurang lebih lima tahun.” balas Dicky tanpa menatapku, matanya masih melihat lurus kedepan. Aku tak tau apa yang ada difikirannya sekarang. Yang pasti aku merasa takut! Lima tahun tidak bertemu Dicky? Apa aku bisa?
“Apa katamu Dick? Lima tahun? Itu lama sekali Dicky! Bila kau pergi, aku disini dengan siapa? Hanya kau satu-satunya sahabatku!” ucapku lalu menunduk. Air matakupun mengalir perlahan. Aku merapatkan jaketku karena udara sudah sangat dingin, jam diponselku sudah menunjukan pukul 05.30 PM. Aku menghapus air mataku, dan menatap Dicky dari samping. Dicky pun membalas menatapku. Ia terlihat begitu tulus. Ia pun memegang jemariku, dadaku sesak. Semakin sesak karena jantungku seperti memompa darah terlalu cepat. Nee! Apa ada dengan diriku?
“Apa kau mau menungguku? Aku pasti akan kembai untukmu Melody! Karena... Aku mencintaimu.” ucap Dicky menatapku lekat. Jantungku terasa seperti berhenti berdetak. Bunga-bunga berguguran menjadikan suasana disini sedikit romantis. Angin menghembus rambutku yang lumayan panjang. Aku tak bisa berkata apa-apa. Dicky... Mencintaiku?
“Apa kau mempunyai rasa yang sama denganku?” tanya Dicky, aku hanya menunduk. Aku tak tau harus balas apa. Aku masih ragu akan hatiku. Aku mencintai Dicky atau tidak? Aku pun mengangkat kepalaku dan menatap Dicky sembari tersenyum.
“Aku akan memberi jawabannya saat kau sudah kembali dari Indonesia. Jadi, cepatlah kembali Dicky. Aku pasti akan menunggumu, dan aku pasti akan sangat merindukanmu Dicky.” ucapku lirih. Tanpa aba-aba Dicky langsung memelukku. Aku yang terkejut pun lama kelamaan membalas pelukan Dicky.
“Aku pasti akan sangat merindukanmu Melody. Aku pasti akan kembali menemuimu. Pasti. Aku janji!” ucap Dicky.
“Aku pun berjanji akan selalu menunggumu. Aku akan selalu datang kesini. Ketaman ini setiap musim gugur untuk menunggumu sampai kau datang.” Ucapku, tak terasa butiran bening nan hangat membasahi pipi putihku. Aku menikmati saat ini. Terasa sangat nyaman dan hangat dipelukannya. Aku pasti akan merindukannya. Sangat-sangat merindukannya.
“Shunkan toki wa hayasugite. Mou aenai...” ucapku, Dicky melepaskan pelukanku dan menghapus air mata dipipiku. Ia pun tersenyum.
“Nee! Kata siapa tidak akan bertemu lagi? Pasti kita akan bertemu lagi Melody.” ucap Dicky yang membuatku tersenyum.
“Sayonara~”
-FlashBack OFF-
Aku membuka mataku, tak terasa butiran hangat membasahi pipiku mengingat moment kecil itu. Memang, sesuatu akan lebih berharga saat seseuatu itu hilang. Aku merasakannya sekarang. Ternyata aku memang mencintai Dicky, perasaanku mulai tumbuh saat Dicky meninggalkanku.
“Totsuzen no Story hajimaru yo
Ring hikari dasu
Ate no nai Tabiji wo kimi to
Saa hashire
Ima ruri-iro somatta kono omoi wo...
Yume mite koi shite sora made ukande
Hakanai Anemone...
Todoku koto no nai tegami hoshino you ni
Soyokaze sayonara...
Atarimae datta kimi no kage
Spark minushinau
Shunkan toki wa hayasugite
Mou anenai
Nee, shkoshi wa kioku ni nokoreta kan na?
Sagashite chigirete sora made udande
Hakanai anemone...
Tokidoki de ii yo chiisana omoide
Soyokaze furimutite...” (Mai Nakahara - Anemone)
“Wah ternyata suaramu sangat bagus!” ucap seseorang dibelakangku, aku berhenti bernyanyi dan menoleh kebelakang kesumber suara.
Aku melihat laki-laki berdiri dengan senyuman mengambang dibibirnya. Dia... Dicky! Aku dan Dicky pun berjalan mendekat. Ternyata benar itu Dicky! Rasanya aku ingin langsung memeluknya saja, tapi aku tahan diriku. Wajahku memerah menahan tangis, aku menggigit bibir bagian bawahku agar tak menangis. Dicky pun tersenyum manis. Ini perasaanku saja atau ia terlihat lebih tampan dan manis dari Dicky yang dulu?
Air mata yang tak bisa terbendung lagi dan akhirnya pun jatuh dengan mulus dipipiku saat itu aku langsung menukuli Dicky.
“Mengapa kau lama sekali disana? Apa kau senang tinggal disana tanpaku? Kau tau? Aku disini selalu menunggumu! Apa kau disana sudah menemukan perempuan yang lebih cantik dari pada aku? Apa kau tidak merindukan aku disini Hah? Kau sangat jahat Dicky jahat! Hiks.. Hiks..” ucapku memukuli dada Dicky sembari menangis. Menuangkan semua rasa rindu dan sakit saat aku tak bertemu dengannya.
“Nee! Kenapa kau berbicara seperti itu?” tanya Dicky lalu langsung memeluku erat. Aku tak membalas pelukannya. Aku hanya menangis-menangis dan terus menangis. Mencairkan rasa rindu selama ini. Dan aneh rasanya. Saat ia memeluku semua rasa rindu itu pun mencair. Pelukan yang selama in aku rindukan. Pelukan yang hangat dan nyaman. Ahh, aku sangat merindukannya. Akhirnya aku pun membalas pelukan Dicky.
“Aku sangat merindukanmu Melody! Memang diIndonesia banyak sekali gadis cantik, tapi tak secantik dirimu. Kau tau? Disana aku selalu meminta kepada orang tuaku agar cepat kembali kesini. Hanya ingin menemui dirimu! Dan sekarang, akhirnya aku dapat menemui dirimu! Apa kau tidak merindukanku Melody?” ucap Dicky tulus. Aku tak membalas ucapan Dicky. Aku hanya terdiam meresapi kata-kata Dicky.
“Ohya, apa jawabanmu atas pertanyaanku 5th lalu? Apa kau mencintaiku juga?” tanya Dicky yang ternyata masih ingat tentang itu. Aku melepas pelukannya. Seperti lima tahun lalu, Dicky menghapus air mata dipipiku.
“Jangan menangis, kau jelek kalau menangis.” ucap dicky mengodaku. Aku memukul dadanya pelan, Dicky hanya terkekeh geli.
“Apa jawabanmu?” tanya Dicky lagi. Aku tersenyum.
“Ya Dicky, aku juga mencintaimu!” ucapku mantap. Dicky pun tersenyum senang mendengar jawabanku.
“Arigato! Melody.” ucap Dicky lalu memeluku lagi. Aku menikmati moment-moment ini. Aku ingin menebus semua rindu yang ada dihatiku. Ternyata, aku memang mencintai Dicky. Tak ragu soal itu. Karena Cinta, tidak memiliki keraguan.
Cinta itu sepeti awan.
Kadang putih dan kadang hitam. Jika awan itu hitam, lalu itu awan akan mengeluarkan butiran-butiran air kebumi. Ya, hujan. Bisa deras bisa tidak. Bisa dengan petir bisa tidak. Tapi jika Cinta itu kuat, setelah hujan pasti akan muncul pelangi yang indah. Tapi tak semua hujan akan menghasilkan pelangi bukan?
The Real Love like Rainbow after Rain.
My Love in Autumn. Dicky, Anemone!
END!
Oke, saya akui ini memang gaje. Tapi segaje-gejenya ini tetap aja ini karya asli saya. Jadi no copast ya! ;)) maaf juga bahasanya acak-acakan._. Biasalah masih a-m-a-t-i-r-a-n xD
Jangan lupa give a coment.
Please atuh ini mah hahaha :))
ARIGATO GOZAIMASU ^-^)/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar