Hi~
Suapaya impas, sekarang saya bawa FF Boo. Semoga directioners semua suka. Makasih ^-^
-oOo-
Warning: Typo(s), OOC!, AU, GaJe, etc. No copast no edit, hargai author. And this is just fiction ;)
Cast:
- Louis Tomlinson as Louis
- Anyone you want as Flavie Gabrielle / Flavie
- Other.
Genre: Hurt, romance
-oOo-
Beach Memories © Puput Wahyuningsih
-oOo-
Enjoyed reading
Love you xoxoxo
Beach Memories
-oOo-
Aku memandang deburan ombak yang sedang berlari saling mengejar menuju pesisir pantai. Pantai, Tergores kenangan kecil disana, kenangan yang tak pernah bisa terlupakan dan tak akan pernah bisa terulang kembali. Kurang dari satu hari, tapi kenangan itu selalu melekat dalam fikiranku. Entah apa ini? Aku rindu melihatnya. Rindu pada dia yang membuatku seperti ini, rindu pada orang yang baru saja kukenal. Rindu itu hanya membuat dadaku sakit, membuat mataku perih dan berair, membuatku lemah, membuatku tak berdaya, membuatku hampir putus asa. Ingin rasanya aku melupakan kenangan kecil itu dari kepalaku, apapun usahanya itu sama sekali tak bisa menghapus kenangan itu. Aku hanya mengenalnya sekejap, tak lebih dari satu hari. Tapi itu membuatku seperti ini, rindu itu terus tumbuh dalam benakku. Seperti batang yang terus menjalar kesegala arah diruang hatiku. Yang membuatku sulit jatuh cinta, yang membuatku iri pada teman-temanku yang selalu jatuh cinta, mencintai dan dicintai.
- Louis Tomlinson as Louis
- Anyone you want as Flavie Gabrielle / Flavie
- Other.
Aku iri pada mereka yang merasakan cinta. Aku ingin merasakannya, aku ingin merasakan cinta. Tapi kenangan itu membuatku seperti terpenjara didalamnya, membuatku semakin terpuruk dengannya. Membuatku menunggu hal yang tak pasti, menunggu hal yang tak pernah bisa kembali. Mengapa hanya karena kenangan kecil itu aku tidak bisa melupakannya? Aku selalu merindukannya. Sudah tujuh tahun silam, saat aku masih kelas dua Junior High School. Aku bertemu dengannya disini, dipantai ini secara tak sengaja. Namun pertemuan itu membuatku tidak bisa melupakannya? Mengapa aku tidak bisa melupakannya? Banyak sekali pertemuan-pertemuan baru dengan orang lain, tapi mengapa aku tidak bisa melupakan pertemuanku dengannya. Aku mencintainya? Ahh untuk apa aku mengharapkan orang yang mungkin tidak mempunyai rasa padaku. Aku rindu senyumannya, aku rindu suaranya, aku rindu keramahannya, aku rindu semua yang ada pada dirinya. Oh ayolah Flavie itu sudah tujuh tahun yang lalu.
-Flashback-
Aku berjalan dipesisir pantai sendiri dengan seuntai senyum dibibirku. Aku menyukai semua yang ada pada pantai, biru laut yang menyatu dengan langit, suara khas deburan ombak, pasir, dan semua yang ada pada pantai. Aku selalu menyukainya. Aku mengenggam kerang yang kutemukan tadi.
Saat aku sedang menikmati ciptaan tuhan yang indah ini, seseorang menepuk bahuku. Aku langsung membalikan badanku, dia tersenyum. Jantungku hampir berhenti, ayolah Flavie kau masih terlalu kecil untuk jatuh cinta.
“Ada apa?” tanyaku berusaha menetralkan pacuan jantungku yang sangat cepat. Tolong jangan tersenyum lagi, itu bisa membuatku mati!
“Boleh aku minta kerangmu?” ucapnya, pria itu menatapku penuh harap. Aku menatap kerang ditanganku lalu menyerahkan kerang itu kepadanya.
“Ambil saja.” ucapku tersenyum, ia pun tersenyum, lagi. Sepertinya ia sangat hobby tersenyum(?) tapi itu membuatnya lebih tampan. Tentu saja, dia sangat tampan.
“Terimakasih. Ohya, namamu siapa? Aku Louis Tomlinson. Panggil aku Louis atau Lou atau boobear atau-”
“Hei banyak sekali nama panggilanmu!” ucapku memotong ucapannya lalu kami tertawa kecil. Aku tidak pernah keakrab ini dengan orang yang baru saja aku kenal.
“Baiklah Lou, namaku Flavie Gabrielle. Panggil aku-”
“Avie!” potongnya, aku hanya mengangguk dan tersenyum. Aku tidak pernah dipanggil Avie oleh siapapun, kecuali dia.
“Baikah Avie, mau bermain denganku? Aku sendirian disini, mom and dadku masih Lunch. Jadi, maukah kau menemaniku bermain?” tanyanya.
“Apakah kita tidak terlalu tua untuk bermain pasir?” tanyaku menautkan alisku.
“Tidak! Anggap saja hari ini kita kembali kemasa kecil kita. Ayo ikut aku!” ucap Louis mengenggam tanganku. Aku merasakan detakan jantung yang tak biasa. Oh tuhan apa ini? Aku baru saja kenal dengannya tapi aku seperti sudah sangat akrab dengannya.
“Ayo kita buat istana!” ucap Louis, aku hanya mengangguk. Seperti anak kecil, aku kembali kemasa kecil. Aku tersenyum bahagia dengan Louis. Dia pria yang baik. Dia baru saja kukenal tapi sudah sangat akrab denganku. Andai saja aku bisa berteman lama dengannya. Andai saja dia tinggal disini. Dia pasti akan menjadi teman baikku…
-oOo-
Sudah hampir tiga jam aku bermain dengan Louis, apapun yang bisa kita mainkan. Tak ada kata bosan, bila aku bisa bersamanya selamanya aku pasti akan memilihnya. Tak terasa sudah hari sudah sore, matahari sudah berubah menjadi jingga. Moment yang selalu ditunggu-tunggu, Ya sunset. Moment yang sangat romantis menurutku jika bersama orang yang kau cintai. Tapi tidak denganku, aku membenci sunset hari ini. Karena dia akan meninggalkanku. Aku tau, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi mengapa harus secepat ini?
“Avie, maaf ya aku harus pulang sekarang. Aku pasti akan sangat merindukanmu, suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi!” ucap Louis mengenggam tanganku, dadaku sesak. Ada apa ini? Aku merasakan tangannya mulai melepas tanganku, Louis berjalan menjauh dariku. Dia, orang yang baru saja aku kenal beberapa jam lalu sudah bisa membuatku bahagia dan aku tak ingin kehilangannya. Perlahan ia menjauh-menjauh dan terus menjauh sampai tak terlihat. Dan pada saat itu aku tahu bahwa aku mencintainya. Dan aku hanya menganggapnya sebagai cinta monyetku.
Selang beberapa hari, aku merindukannya. Sangat merindukannya. Aku ingin bertemu dengannya lagi. Bermain lagi. Aku sempat menangis mengingatnya. Dan waktu itu aku lupa meminta nomer ponselnya, itulah kebodohan yang selalu aku sesali.
Seiring berjalannya waktu, aku masih tak bisa melupakannya. Banyak pria yang ingin menjadi kekasihku, tapi semua aku tolak karena aku masih menyimpan perasaan ini pada Louis. Dan kali ini aku benar-benar yakinbahwa aku sangat mencintainya. Teman-temanku selalu heran denganku yang tak pernah mempunyai kekasih. Saat mereka bertanya aku punya seseorang yang aku suka. Aku selalu jawab punya, dan saat mereka menanyakan siapa orang itu. Aku hanya tersenyum dan menjawab “Someone.” Dan sampai saat ini aku masih meninggunya. Aku memang bodoh. Aku buta. Semua itu karena cinta. Cinta yang membuatku seperti ini. Kadang aku selalu menangis mengingat Louis, aku benar-benar mencintainya. Ingin bertemu dengannya lagi. Sangat ingin bertemu dengannya.
Dan suatu saat nanti aku ingin bertemu dengannya dan mengungkapkan semua perasaan itu padanya. I wish.
-End Flashback-
Air mataku sukses mengalir dipipiku. Aku langsung menerkanya, aku kuat. Aku perempuan kuat. Matahari sudah setengah lingkaran, cahayanya sudah menjadi jingga dan menjadi sedikit gelap. Sunset, ahh aku teringat lagi padanya. Saat kami berpisah pada saat sunset itu. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaku. Aku membalikan badanku.
DEG!
Perasaan tujuh tahun lalu datang kembali. Ia masih seperti dulu, masih tampan. Lebih tampan malah. Ia tersenyum padaku. Aku punhanya membalasnya dengan senyuman, aku ingin memeluknya tapi apa daya aku tidak bisa. Aku mengepalkan tanganku. Aku merasakan tubuhku bergetar hebat, jantungku berpacu dengan sangat cepat. Air mataku hampir mengalir.
“Apakah kau Avie?” tanyanya, aku hanya tersenyum dan mengangguk. Ia pun tersenyum dan hei jangan tersenyum aku bisa mati!
“Senang bisa bertemu denganmu lagi.” ucap Louis tersenyum. Aku tak menyangka bahwa aku akan bertemu dengannya lagi. Terimakasih tuhan, kau memang sangat baik padaku.
“Kau menangis?” tanya Louis memperhatikanku , aku langsung menerka air mata disudut matakuku lalu menggeleng.
“Tidak.” ucapku berbohong, aku tidak ingin menangis didepan orang yang aku cintai. Didepan orang yang aku tunggu selama tujuhtahun ini, orang yang tak pernah berhenti aku rindukan.
“Bagaimana kabarmu Avie?” tanya Louis lagi, aku tak sanggup berkata-kata. Mulutku berat untuk terucap.
“A…Aku baik. Kau?” ucapku akhirnya, ia tersenyum lagi. Yatuhan senyumanya itu selalu aku rindukan.
“Aku baik, lebih dari baik.” ucapnya. Aku hanya tersenyum, suaranya itu selalu kuingat. Aku ingin bilang padanya bahwa aku merindukannya sangat-amat-leb ih-dari-sangat merindukannya. Tapi tiba-tiba seorang perempuan cantik mendekati Louis.
“Hei Ele! Kenalkan ini Avie teman masa kecilku. Avie, ini Eleanor. Kekasihku!” Badanku terasa melemas, perempuan cantik itu tersenyum dan mengulurkan tangannya.
“Aku Eleanor Calder, kekasih Louis. Senang bisa kenal denganmu.” Aku menjabat tangannya. Dadaku sesak, darahku mengalir cepat, jantungku berpacu, tubuhku melemas dan memanas. Jadi penantianku, rasa rinduku, sakitnya saat mengingatnya selama tujuh tahun ini sia-sia?
“Apakah kau Avie?” tanyanya, aku hanya tersenyum dan mengangguk. Ia pun tersenyum dan hei jangan tersenyum aku bisa mati!
“Senang bisa bertemu denganmu lagi.” ucap Louis tersenyum. Aku tak menyangka bahwa aku akan bertemu dengannya lagi. Terimakasih tuhan, kau memang sangat baik padaku.
“Kau menangis?” tanya Louis memperhatikanku , aku langsung menerka air mata disudut matakuku lalu menggeleng.
“Tidak.” ucapku berbohong, aku tidak ingin menangis didepan orang yang aku cintai. Didepan orang yang aku tunggu selama tujuhtahun ini, orang yang tak pernah berhenti aku rindukan.
“Bagaimana kabarmu Avie?” tanya Louis lagi, aku tak sanggup berkata-kata. Mulutku berat untuk terucap.
“A…Aku baik. Kau?” ucapku akhirnya, ia tersenyum lagi. Yatuhan senyumanya itu selalu aku rindukan.
“Aku baik, lebih dari baik.” ucapnya. Aku hanya tersenyum, suaranya itu selalu kuingat. Aku ingin bilang padanya bahwa aku merindukannya sangat-amat-leb ih-dari-sangat merindukannya. Tapi tiba-tiba seorang perempuan cantik mendekati Louis.
“Hei Ele! Kenalkan ini Avie teman masa kecilku. Avie, ini Eleanor. Kekasihku!” Badanku terasa melemas, perempuan cantik itu tersenyum dan mengulurkan tangannya.
“Aku Eleanor Calder, kekasih Louis. Senang bisa kenal denganmu.” Aku menjabat tangannya. Dadaku sesak, darahku mengalir cepat, jantungku berpacu, tubuhku melemas dan memanas. Jadi penantianku, rasa rinduku, sakitnya saat mengingatnya selama tujuh tahun ini sia-sia?
END---
A/N:
Huaaa, engga tau kenapa saya mendalami banget karakter Flavie disini, nyesek banget jadi dia ya 3 Terimakasih yang udah berbaik hati baca dan lebih baik lagi jika kalian komentar xD
Terimakasih xoxoxo
Maaf males bacanya.
BalasHapus