Rabu, 24 April 2013

Just Be Yourself!





Hi~ 
Kembali lagi dengan saya :D Kali ini, saya buat FF tentang daddy nih. Semoga Directioner semua suka! Thankyou ^-^ 


-oOo- 


Warning: Typo(s), OOC!, AU!, GaJe, etc. No copast no edit, hargai author. And this just fiction ;) 


Cast: 
  •  Liam Payne as Liam
  •  Anyone you want as Yvete Amandine / Andine 
  •  Other. 

Genre: Romance 



-oOo- 


Just be yourself! © Puput Wahyuningsih 


-oOo- 


Happy enjoyed reading 

Love You xoxoxo 



Just be yourself! 

-oOo- 



       “Ada party dirumah Liam nanti malam, massa kau tidak tahu?” tanya sahabatku, Eries. Aku yang sedang sibuk dengan laptopku pun langsung beralih duduk disamping Eries. Aku, Yvete Amandine. Gadis biasa aja yang terbilang sedikit tomoby dan tidak terkenal. 


       Tapi semua itu berubah saat aku menjalin hubungan dengan Liam. Aku sedikit terkenal, tapi tetap saya sifatku yang dulu selalu melekat dalam diriku. Andine yang selalu dikuncir kuda, tidak pernah memakai high heels, tidak pernah make up, tidak seperti sahabatku ini sangat sangat cantik dan bertolak belakang denganku. Aku iri padanya karena ia mempunyai wajah yang cantik, mempunyai lesung pipi, berkulit kuning langsat, dan bermanik biru yang sangat indah. Kadang aku berfikir ingin bertukar kehidupan dengannya hanya untuk sehari. Tapi itu sangat mustahilkan? 



       “Dia belum memberitau kepadaku mungkin atau-” 



Pip! 
       Ucapanku terpotong karena handponeku berbunyi. Aku langsung meraihnya dan langsung membuka pesan singkat yang ternyata dari Liam. 



1 message. 



From: Liam 
Malam nanti ada party dirumahku. Jangan lupa datang. Kau adalah tamu paling special. Love you x 




       Aku tersenyum melihatnya. Lalu kuletakan kembali ponselku tanpa membalas pesan dari Liam tadi. Dan beralih memandang Eries. 



       “Liam baru saja memberitahuku. Katanya aku tamu paling special.” ucapku sembari mengambil beberapa snack ditanganku. Sedangkan Eries hanya tersenyum senang. 



       “Kau harus berdandan cantik malam ini! Aku akan mem-make over dirimu Andine!” mataku membola mendengar ucapan Eries. 



       “Hei! Tidak bisa! Aku tidak mau dimake over! Aku-” 



       “Hanya untuk malam ini Andine, kumohon. Demi Liam, dia pasti akan senang melihatmu berbeda dari biasanya. Kau akan terlihat lebih cantik malam ini!” ucap Eries memotong ucapanku, aku hanya meringiris dan memandang Eries ragu. Jika sudah menyangku Liam, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. 



       “Bagaimana? Demi Liam!” Eries menaik-turunkan alisnya, ia tahu betul kelemahanku jika sudah menyangkut hal ini. 



       “Iss- Baiklah, demi Liam.” ucapku pada akhirnya. Sedangkan Eries hanya tersenyum senang dan tertawa kecil. Sepertinya ia sangat senang jika sahabatnya tersiksa. 




-oOo- 




       Aku duduk didepan cermin. Mempasrahkan diri untuk dimake over oleh Eries. Ia memang sangat jago dalam hal ini. Aku hanya diam dan menutup mataku rapat. 



       “Apapun yang terjadi jangan kau ubah rambutku! Liam menyukai rambutku!” tegasku. Sedangkan Eries hanya mendengus. 



       “Oke, oke. Terserah padamu.” ucapnya dan melanjutkan pekerjaannya. Aku merasaan ada sesuatu menyentuh bibirku, aku langsung membuka mataku. 



       “Aku tidak mau pakai lipstick!” ucapku menutup mulutku rapat-rapat. Sedangkan Eries hanya berdecak kesal. 



       “Ck! Ini bukan lipstick Andine! Ini hanya akan membuat bibirmu tidak terlihat kering. Sudah kau diam saja.” ucap Eries lagi. Aku pun menuruti ucapannya. Aku hanya pasrah apa yang akan terjadi pada diriku nantinya.



       Hampir lima menit kurang Eries me-make over diriku. Dan ia menyuruhku membuka matanya. Aku melihat pantulan diriku dicermin. Apakah ini benar aku? Cantik sekali! Ah untuk apa aku memuji diriku sendiri? 



       “Kau cantik bukan? Kali-kali kau harus berdandan seperti ini Andine, dibalik sisi tomboy-mu. Kau mempunyai sisi yang feminim dan cantik.” ucap Eries memandangku melalui cermin. Aku tersenyum mendengarnya. 



       “Nah! Sekarang ganti bajumu, aku sudah menyiapkan gaun untukmu!” suruh Eries lagi. Aku langsung mengganti pakaianku dengan gaun yang Eries maksudkan. Setelah selesai, aku pun memperlihatkannya pada Eries. 



       “Bagaimana?” aku sungguh tak percaya diri. Gaun ungu muda ini terlihat cantik, lebih cocok dipakai Eries. Dengan pita dipinggang dan hanya berukuran diatas lutut, tanpa lengan. Aku merasa risih dengan gaun ini. Eries memandangku teliti. 



       “Seperti ada yang kurang.” gumam Eries tapi masih bisa terdengar olehku. Ia mendekat kearahku sedangkan aku hanya menatapnya bingung. 



       “Hei mau kau apakan rambutku!” tanyaku saat Eries melepaskan ikat rambutku, sekarang rambutku terurai dan lumayan panjang. 



       “Kau tidak akan memakai gaun ini sembari diikat kuda bukan?” sindir Eries, lalu aku menisir rambutku dan memandang diriku dicermin. Apakah ini benar-benar aku? Aku merasa seperti orang lain, bukan diriku sendiri. 



       “Cantik bukan, dan sekarang pakai ini!” ucap Eries menyerahkan high heels senada dengan gaunku. Mataku membola. 


       “Kau tidak akan pergi kepesta dengan menggunakan sepatu sneakers-mu itu bukan?” sindirnya lagi. Aku pun menyerah dan langsung memakai sepasang high heels itu. Aku merasa aneh memakai high heels ini. Jujur saja, ini pertama kali dalam hidupku aku memakai high heels. Rasanya? Sungguh tidak nyaman menurutku. 

      “Nah sekarang kita berangkat!” ucapnya, aku mengambil tas kecil berwarna senada dikasurku dan langsung berjalan-dengan tidak nyaman- keluar rumah. 


-oOo- 


      Aku lihat orang-orang memperhatikanku , aku merasa seperti seorang Cinderella masa kini. Aku merasa risih dengan high heels dan gaun ini. Mereka semua membisik-bisika n sesuatu, dan pasti tentangku. Aku hanya bisa menghela nafas, lalu berjalan menghampiri Liam yang sedang berbincang dengan keempat kawannya. Sedangkan Eries sedang sibuk dengan kekasihnya. 

      “Hi Liam!” sapaku cangung saat ia menatapkutak percaya. 

      “A…Andine?” ucapnya, aku hanya mengangguk. Lalu ia pun tersenyum. 

      “Sangat berbeda. Umm maksudku kau terlihat lebih cantik dari biasanya.” ucapnya menautkan tanganya ditanganku. Lalu berpamitan meninggalkan teman-temannya. 

      Aku masih risih dengan high heels maupun gaun ini. Aku mencoba biasa aja, namun tidak bisa. Liam yang memperhatikanku pun menunjukan ekspresi khawatir. 

      “Apa kau tidak apa-apa memakai high heels dan gaun itu?” tanya Liam cemas, aku hanya mengangguk dan mencoba tersenyum. Walaupun aku benar-benar tidak nyaman dengan menggunakan ini semua. 

      Tiba-tiba ada seorang pelayan menabrakku dan kakiku tersandung kabel, karena high heels ini aku tidak bisa menyeimbangkan tubuhku. Sontak aku pun langsung terjatuh. Si pelayan langsung meminta maaf dan aku menjadi bahan tertawaan dipesta ini. Oke ini adalah pesta untuk menertawakanku, pesta terburuk yang pernah aku datangi. Liam langsung berjongkok didepanku setelah ia beres dengan dipelayan tadi. Liam langsung menyuruh semua orang dipesta ini diam dan menjauh dariku dan Liam. 

      “Kau tidak apa-apa Andine? Aku baik-baik saja? Apa ada yang terluka?” terdengar ada perasaan khawatir dinada bicaranya. Lalu Eries menghampiriku dengan wajah menyesal. 

      “Andine, maafkan aku. Ini semua salahku! Jika bukan karena aku kau tidak akan seperti ini.” ucapnya, aku mencoba tersenyum malaupun dadaku terasa sesak. 

      “Ini bukan kesalahanmu Eries, ini hanya kecelakaan kecil.” ucapku. Lalu Liam memberi isyarat agar Eries meninggalkanku dan Liam berdua. Tak terasa satu tetes air mata jatuh dari pelupuk mataku. 

      “Aku memang tidak bisa menjadi perempuan cantik.” lirihku, aku merasa gagal menjadi seorang perempuan. Aku tidak cantik seperti perempuan-perem puan umumnya. I'm no beauty. I'm ugly. 

      “Kau selalu cantik dimataku.” ucap Liam, aku menganggat kepalaku memandang Liam. 

      “Tapi itu hanya untuk dirimu Liam!” 

      “Kau mencintaiku?” Aku hanya mengangguk. “Jika kau mencintaiku, mengapa kau harus mencoba cantik didepan orang lain? Kau selalu cantik dimataku, aku suka kau yang natural. Dengan rambut diikat kuda dan pakaian santai dengan sepatu sneakersmu itu membuatmu cantik. Cantik yang natural, cantik dari dirimu sendiri. Cantik itu tidak dinilai dari penampilan saja. Melainkan dari hati. Kau selalu cantik dari hatimu dan fisikmu.” ucap Liam, aku hanya terdiam mencerna perkataan Liam tadi. 

      “just be yourself! And you look more beautiful than you're trying pretty like everyone else. Believe me, you always beautiful If be yourself.” ucap Liam lalu mencium keningku. Aku percaya sekarang, aku akan menjadi diriku sendiri. Aku cantik untuk orang yang aku cintai. Tak peduli orang berkata apa, yang penting orang yang aku selalu cantik untuk orang yang aku cintai. 

      “Dan sekarang pakai ini.” ucap Liam sembari memberikan sepatunya dan hoodie-nya. Aku pun langsung memakainya. 

      “Kau?” 

      “Jangan fikirkan aku, fikirkan dirimu sendiri dulu.” ucap Liam tersenyum, aku pun ikut tersenyum. Lalu Liam pun membantuku untuk berdiri. 

      “Terimakasih Liam, kau memang yang paling terbaik untukku.” ucapku langsung memeluk Liam erat. 

      “And remember. Just be yourself! Cause I love you, not everyone else!” 



END-- 



A/N: 
Maaf ini sangat monoton (_ _") Kepikiran alur langsung saya tulis jadi FF monoton ini. Saya pun merasa tidak puas dengan FF yang satu ini. Mohon maaf semuanya~ 
Saya akan sangat senang bila ada yang berkomentar :D Sangat membutuhkan komentar, kritik dan saran untuk FF saya selanjutnya. Sopan selalu terapkan ;) 
Thankyou~^^ 


2 komentar:

R
O
C
L
A